==========================================================
Kabupaten Agam
Kabupaten Agam
Kabupaten Dharmasraya
Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten Padang Pariaman
Kabupaten Pasaman
Kabupaten Pasaman Barat
Kabupaten Sijunjung
Kabupaten Solok
Kabupaten Solok Selatan
Kabupaten Tanah Datar
Kota Bukittinggi
Kota Padang
Kota Padangpanjang
Kota Pariaman
Kota Payakumbuh
Kota Sawahlunto
Kota Solok
KOTA PADANG
1. MASJID RAYA GANTING, KOTA PADANG
Masjid Raya Ganting di tahun 1900-1923
------------------
Masjid Raya Ganting adalah salah satu masjid di Sumatera Barat yang terletak di kelurahan Ganting, kecamatan Padang Timur, Kota Padang.[1].
Dalam perjalanan sejarah Kota Padang, masjid ini turut memberikan andil. Selain lokasi pengembangan agama Islam di pulau Sumatera, juga pernah dijadikan lokasi Jambore Hizbul Wathan se-Indonesia pada tahun 1932 [2]. Kemudian, pada tahun 1942, presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno, pernah menginap di salah satu rumah yang ada di belakang masjid dan melaksanakan salat di masjid ini, bahkan memberikan pidato.[3]
Masjid Raya Ganting kini
------------------
Sejarah
Sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang, sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang, dibuat dari bahan kayu dan atap yang dibuat dari rumbia. Atas prakarsa dari tokoh masyarakat setempat, Angku Gapuak (saudagar), Angku Syekh Haji Uma (tokoh masyarakat), dan Angku Syekh Kapalo Koto (ulama) bersepakat untuk melanjutkan pembangunan masjid yang lebih baik lagi pada tahun 1805.[2]
Masjid yang memiliki bentuk arsitektur Timur Tengah dan Eropa ini, didirikan di atas tanah wakaf Suku Caniago yang biayanya diperoleh dari para suadagar dan ulama-ulama Minangkabau. Pembangunan masjid ini mendapat simpati dari salah seorang anggota Corps Genie Belanda berpangkat kapten yang menjabat sebagai Komandan Genie daerah Gouvernement Sumatra's Westkust (Sumatera Tengah) yang berkantor di daerah kantin (sekarang jalan Sisingamangaraja, Padang). Pada tahun 1810 pembangunan masjid inipun dapat diselesaikan.
Arsitektur
Masjid Ganting berdiri di atas lahan seluas 102 x 95,6 m persegi, dan memiliki halaman yang cukup luas untuk menampung banyaknya jamaah yang melaksanakan Shalat Ied di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.[4]
Bangunan masjid ini berbentuk persegi panjang yang simetris berukuran 42 x 39 m, dengan atap berbentuk tumpang berjumlah 5 tingkat. Bangunan terbagi atas serambi muka (12 x 39 m), serambi kanan (30 x 4,5 m), serambi kiri (30 x 4,5 m), dan ruang utama (30 x 30 m). Sokoguru (tiang utama) masjid berjumlah 25 buah yang berbentuk segi enam dengan diameter 40 cm dan tinggi mencapai 4,2 meter yang terbuat dari beton [4].
Di sebelah selatan dan belakang masjid terdapat beberapa makam, salah satu makam yang ada di selatan masjid adalah makam Angku Syekh Haji Uma, pemrakasa pembuatan Masjid Raya Ganting.
Peristiwa Penting
Beberapa peristiwa penting dalam sejarah juga pernah terjadi di masjid ini, diantaranya: [2].
Gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau
Pada tahun 1918, berkumpullah seluruh ulama pembaharuan agama Islam di Minangkabau di Masjid Raya Ganting. Pertemuan itu untuk membahas langkah-langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan pemurnian ajaran agama Islam yang saat itu masih diwarnai oleh pemahaman mistik dan khufarat yang merupakan peninggalan agama Budha dan Hindu yang sebelumnya juga berkembang dikalangan masyarakat Minangkabau saat itu.
Embarkasi Haji pertama di Sumatera Tengah
Dengan berfungsinya pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur) menjadikan Masjid Raya Ganting sebagai Embarkasi Haji pertama di Sumatera Tengah (saat itu). Dari Masjid inilah diberangkatkan calon jemaah haji melalui pelabuhan Emmahaven menuju Mekkah.
Sekolah Thawalib pertama di kota Padang
Pada tahun 1921, Syech H. Karim Amarullah (Ayah dari Buya Hamka) mendirikan sekolah Thawalib didalam pekarangan Masjid Raya Ganting sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat kota Padang saat itu. Alumni dari sekolah ini mendirikan Persatuan Muslim Indonesia (Permi) yang merupakan cikal bakal partai Masyumi.
Tempat mengungsi Bung Karno
Di tahun 1942 Jepang mulai menduduki Indonesia, saat itu Soekarno yang ditahan Belanda di Bengkulu diungsikan oleh Belanda ke Kota Cane (Aceh), namun ketika rombongan pasukan Belanda baru sampai di Painan, tentara jepang sudah sampai di Bukittinggi. Belandapun merubah rencana semula dengan mengungsi ke Barus dan meninggalkan Bung Karno di Painan.
Selanjutnya oleh Hizbul Wathan yang bermarkas di Masjid Raya Ganting saat itu, Bung Karno dijemput ke Painan untuk dibawa ke Padang dengan menggunakan kendaraan pedati. Beberapa hari kemudian Bung Karno dibawa ke Padang dan menginap di salah satu rumah pengurus Masjid Raya Ganting.
Tempat pembinaan prajurut Gyugun dan Hei Ho
Selama pendudukan tentara Jepang (1942 – 1945) di Sumatera Tengah (saat itu), Masjid Raya Ganting menjadi tempat pembinaan prajurit Gyugun dan Hei Ho, yang merupakan kesatuan tentara pribumi yang dibentuk Jepang .
Kunjungan beberapa pejabat tinggi negara
Sejak tahun 1950, Masjid Raya Ganting semakin ramai dikunjungi beberapa pejabat tinggi negara, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tercatat dari bebrapa pejabat negara yang pernah berkunjung ke Masjid Raya Ganting antara lain, Mohammad Hatta, Hamengkubuwana IX, Achmad Syaichu, Abdul Haris Nasution, dan beberapa tokoh lainnya.
Referensi
^ www.indosiar.com Masjid Ganting Tertua di Padang
^ a b c Website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang Masjid Raya Gantiang
^ Soekarno (1990). Bung Karno dan Islam: kumpulan pidato tentang Islam, 1953-1966. Haji Masagung. ISBN 979-412-167-3.
^ a b Masjid Ganting Tertua di Padang
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Ganting
2. Gedung SMPN 1 Kota Padang
SMP Negeri 1 Padang adalah sebuah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di pusat Kota Padang, Sumatra Barat, Indonesia. Sekolah ini telah berdiri sejak zaman pendudukan Belanda.
SMPN 1 Padang terletak di Jalan Sudirman 3 dan bangunannya merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Padang. Pada zaman penjajahan, tempat ini menjadi basis gerakan militer rakyat dalam mengusir penjajahan Belanda di Kota Padang. Sekolah ini pada awalnya bernama MULO saat zaman penjajahan Belanda. Namun setelah Indonesia merdeka, namanya berubah menjadi PERMINDO. Kemudian berubah menjadi SLTPN 1 Padang hingga akhirnya berubah menjadi SMPN 1 Padang.
Beberapa tokoh terkenal bersekolah di sini. Salah satu di antaranya adalah proklamator bangsa, Dr.H.Moh.Hatta.[1]
KOTA BUKITTINGGI
FORT DE KOCK ( BENTENG ), BUKITTINGGI
Tetenger di tempat berdirinya Fort de Kock
-----------------
Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Fort de Kock juga nama lama Bukittinggi.
Benteng ini dibangun semasa Perang Paderi pada tahun 1825 oleh Kapten Bauer di atas Bukit Jirek dan awalnya dinamai Sterrenschans. Kemudian, namanya diubah menjadi Fort de Kock, menurut Hendrik Merkus de Kock, tokoh militer Belanda.
Di tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.
Keadaan sekarang
Hingga saat ini, Benteng Fort de Kock masih ada sebagai bangunan bercat putih-hijau setinggi 20 m. Benteng Fort de Kock dilengkapi dengan meriam kecil di keempat sudutnya. Kawasan sekitar benteng sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah taman dengan banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak.
Benteng ini berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat Baanjuang. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu masuk sedangkan kawasan kebun binatang dan museum berbentuk rumah gadang tersebut berada di bukit sebelah kanan. Keduanya dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukit Tinggi. Kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya di terusan jalan Tuanku nan Renceh.
http://id.wikipedia.org/
KAB LIMA PULUH KOTA
Bangunan Gobah
Di Batu hampar terdapat situs sejarah perkembangan islam di sumatera barat yaitu bangunan kubah dengan arsitektur India Arab, di batuhampar bagunan ini di ssebut gobah, di dalam di komplek gobah ini ada makam dari bapak Muhammad Hatta, bangunan ini merupakan simbol kejayaan Islam yang masih tersisa di wilayah Kabupaten Lima puluh Kota. Gobah (orang Batu hampar biasa menyebut) juga merupakan salah satu objek wisata relegius yang ramai dikunjungi setiap awal bulan Ramadhan tiba. Didalam Komplek kawasan Gobah juga terdapat sebuah tempat Suluk yang juga ramai dikunjungi selama Ramadhan.